Thursday, February 20, 2014

Pengorbanan Orangtua


                                      

Di sebuah desa, ada seorang anak yang benama Alfi. Alfi dikenal sebagai anak yang pemurung dan suka mengeluh. Pada suatu ketika, ia melihat teman-temannya mempunyai HP, dengan rasa kecewa dan berat hati,ia pulangke rumah dan membujuk kedua orangtuanya untuk membelikannya Handphone. Sebenarnya orangtua Alfi tergolong kurang mampu. Masalah mengisi perut saja masih dibantu tetangga. "Pak, Bu, pokoknya bagaimana pun caranya apapun  caranya, Bapak dan Ibu harus membelikan saya Handphone." ucap Alfi. "Tapi, Nak. Untuk makan saja kita susah, apalagi mau beli Hp." ucap sang ibu menjelaskan kepada Alfi. "Sudahlah, Bu. kita ebelikan saja Hp itu daripada anak kita tidak sekolah. kita tentu tidak ingin anak kita susah seperti orangtuanya." tegas sang ayah                                         
                                                       
     Keesokan harinya, sang ayah mencarikan pinjaman uang ke tetangga. "Assalamu'alaikum, Pak. saya ini sedang butuh uang, ya kira-kira Rp. 600.000,-. Tolong pak, insya allah akan saya bayar." kata sang Ayah. begitulah dia meminjam uang dengan berat hati kepada tetangga hanya demi anaknya, Alfi.

     Dengan senang hati mereka pergi ke kota nan jauh dengan harapan agar anaknya mau untuk sekolah setelah mereka membeli Hp. mereka berpesan kepada Alfi agar dia mau bersekolah dan rajin belajar agar bisa menjadi orang yang berguna kelah.

     Tibalah mereka berdua di kota. mereka berangkat ke toko Hp, mereka memilih Hp yang bagus dan cocok untuk anaknya, lalu mereka buat kado dengan hiasan dan pita-pita nan indah, disana tertulis "untuk anakku, rajin belajar ya, Nak!"

     "Bu, kado ini sudah kita hias dengan rapi. indah sekali, tapi perjuangannya sulit. Bahkan bapak berhutang banyak kepada tetangga. semoga Alfi senang dan mau bersekolah." ujar sang ayah. "Semoga saja, Pak." ujar Ibu Alfi dengan penuh harapan. Mereka pun pulang ketika sang jingga mulai menggantikan birunya langit. Mereka berharap anaknya akan senang. namun naas, takdir berkata lain, di tengah perjalanan kedua orangtua Alfi kecelakaan menabrak sebuah truk. Innalillahi wa innailaihi roji'un nyawa mereka tak tertolong dan dibawa ke puskesmas kecamatan.

     Mendengar kabar itu, sang anak berlari. dia berlari sekuat ia bisa menuju puskesmas di kecamatan yang jaraknya tak begitu jauh. Terlambat, kedua orangtuanya telah terbujur kaku. tak dapat ia menolah kenyataan. di meja yang terletak di jasad almarhum dan almarhumah kedua orangtuanya, dilihatnya sebuah kado kecil tertata rapi dan indah tertuliskan nama dan nasehat terakhir orangtuanya. Alfi menangis, tapi tangisannya itu sia-sia. "Saya tidak butuh Hp, saya butuh nyawa orangtua saya, saya menyesal, maafkan saya. kini tak ada yang menjahitkan baju saya, menghibur saya dikala sedih, bercanda dan bermain seperti dulu, tak akan ada hidangan lezat ketika nanti aku pulang sekolah. Hp ini akan menjadi cambuk bagiku, andai waktu dapat diulang."

     Dan terlepas dari semua itu, hari demi hari telah terlewati. Kini Alfi telah bangkit dari keterpurukan dan merubah dirinya menjadi anak yang baik, tak lagi pemurung dan tak memaksakan kehendaknya lagi. Kini Alfi berjuang membanggakan orangtuanya yang kini telah berada tenang di surga.

Hak cipta cerpen karya M. Aditya Ade Pratama
dilarang keras copy & paste tanpa izin penulis
ciptakanlah kreativitasmu sendiri

1 comment:

Unknown said...

sedihnya jadi anak rantauan

ayu.

Aditya's Blog