Sunday, December 4, 2016

Menerbitkan Buku di Bangku Sekolah Bukan Lagi Sebuah Mitos

    




     Kegemaranku menulis memang sudah menjamur padaku sejak aku kelas 3 SD, saat itu memang materi pelajaran Bahasa Indonesia mulai membahas puisi, cerpen, dan sebagainya. Mungkin inilah titik awal aku jatuh cinta dengan dunia sastra. Dari sinilah aku mulai belajar membuat puisi dan cerpen, mungkin dari SD ini diksi dan majas yang kupakai masih diksi-diksi dan majas-majas biasa yang sangat umum dipakai orang-orang, tapi aku bahagia saat sudah berhasil menyelesaikan karya-karya itu. Mungkin sebagian orang malas menulis karena takut dibilang terlalu melankolis atau sok puitis. Bagiku, tak peduli seberapa menyakitkan ucapan orang atau seberapa sinisnya anggapan orang tentang dunia sastra yang sedang kugeluti hingga saat ini, yang terpenting aku bisa mengekspresikannya dan membagikan seluruh isi hatiku, menuangkannya dalam bentuk rangkaian frasa-frasa menjadi sebuah karya yang bisa dinikmati.

     Aku melewati masa-masa SD sampai SMP dengan beberapa karya puisi dan cerpen yang berhasil kubuat. Aku simpan di buku diary saja karena saat itu aku belum punya media yang bisa mengungkapkan isi pikiranku menjadi rangkaian kata-kata. Memang kecintaanku pada dunia sastra ini ak langsung menanjak langsung maniak dengan sastra, tidak. Rasa cinta ini muncul justru karena nilai pelajaran Bahasa Indonesia yang punya reputasi baik, hehe. Aku semakin terkena candu menulis dan sering ikut lomba menulis dan membaca puisi. Rasa cintaku kepada dunia sastra semakin menggebu-gebu namun aku belum menemukan media yang pas untuk menulis. Sampai aku bertemu dengan Blogger, dari blogger aku mulai menulis artikel, cerpen, dan puisi di sana.

     Menjadi seorang blogger kujalani selama dua tahun, setelah itu aku berhenti dari dunia blogger karena serangkaian kesibukan saat sudah masuk SMA. Aku terus memproduksi puisi dan cerpen yang kusimpan saja di buku harian ataupun Facebook selama masa SMA ini, sedikit sekali yang kubagi di blog. Keinginanku untuk menulis sebuah novel semakin menjadi-jadi seiring patah hati yang selama ini kualami, terlalu sakit rasanya kalau kupendam sendiri rasa sakit hati yang aku hadapi ini. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk menulis sebuah novel bergenre romance yang aku ketik di laptop. Setiap hari kucurahkan di laptop tentang apa yang aku rasakan, sedih, susah, kecewa, kesal, bahkan patah hati tak luput dari tulisanku. Hari demi hari tulisan itu bertambah banyak, sampai sekitar 30 halaman akhirnya aku mencapai titik jenuh dan hampir menyerah karena repot mau membuka laptop kemudian membuka file MS. Word. Di sela-sela kesempatan saat ada kerja organisasi, aku menyempatkan diri untuk membuka laptop dan melanjutkan tulisanku yang sempat tertunda beberapa bulan karena malas, hehe.aku mencoba menulis kata-kata di sana. Tiba-tiba adik kelas yang ternyata melihat gelagatku langsung menghampiri dan bertanya, “kak, itu cerpen ya?”. Dengan gugup sekaligus terkejut aku menjawab, “Ehh, engg  enggak kok, dek. Ini lagi ngerjain tugas aja. Hihi.”, aku mengalihkan pandanganku dan membuang muka masam. Pipiku merah menahan malu dalam hatiku berteriak, “Mau dibilang apa nanti kalau adik itu tau kalo aku seneng nulis. Nanti dikira terlalu melankolis. Aaa rasanya agak aneh juga kalo nanti dia ledekin.”, pikiranku mulai kacau dan gelisah.

     Adik itu mendekat dan berbicara lagi denganku, “Kak beneran itu cerpen ya? Waa, kayaknya repot kalo kakak tulis di laptop, hehe. Kakak download aja aplikasi wattpad. Banyak kok kak penulis-penulis yang pakek wattpad. Malah lebih mudah loh kak.”, dia menjelaskan seperti ahlinya, hehe. “Benar juga ya.”, pikirku dalam hati. Aku mengangguk dan tersenyum. Hatiku berbunga-bunga bak anak kecil yang baru saja memenangkan jackpot undian. Aku mencari aplikasi wattpad di google play store kemudian belajar mengotak-atiknya. Karya pertamaku di wattpad yakni “Assalamu’alaikum Stalker” yang bercerita tentang anak muda yang gengsi-gengsian dan stalk sana dan sini akhirnya salah paham. Aku menulis cerpen itu dalam sehari karena aplikasi wattpad bisa digunakan di hp. Ini justru mempermudah, saat biasanya aku harus membuka laptop dan menulis draft dari laptop dan tentu saja menulis draft dari laptop perlu waktu yang sedikit lebih lama,. Pasalnya, laptop tak bisa dibawa kemana-mana seperti hp. Saat ada waktu kosong dan kita tidak sedang membawa laptop maka kesempatan menulis pun akan lewat sia-sia. Maka aku sangat bersyukur dengan adanya aplikasi wattpad ini semakin memudahkanku untuk merangkai kata-kata meski masih dalam sebuah draft. Eitts, jangan dikasih tahu ke siapa-siapa ya, hehe, dengan adanya aplikasi ini alhamdulillah sampai 8 cerpen, 1 album puisi, 1 novel, dan 3 draft buku dari sini. Meski pembacanya belum mencapai angka ribuan, namun aku sudah cukup terbantu berkat aplikasi Wattpad ini aku jadi semakin mudah untuk menuliskan curahan hati di Wattpad ini di mana pun dan kapan pun asalkan membawa hp.



     Alhamdulillah novel tersebut aku tulis dari wattpad. Aku bisa menuliskan novel kapan saja, saat jam istirahat, saat pulang sekolah, sebelum tidur, atau saat hp lagi sepi dan tak ada yang chat, hehe. Aku jadi punya kesempatan untuk menulis di sela-sela jadwalku yang padat. Setelah novel itu terbit banyak orang bilang kalau aku menyelesaikan cerita itu pakai blog atau laptop, tapi sekali lagi kukatakan dengan jujur kalau itu semua dari wattpad. Aku diam-diam menulis dengan wattpad, aku targetkan 1000 kata per hari, kadang Cuma tercapai 500 kata, itu pun tak masalah bagiku, selama hobiku tercurahkan tentu aku sangat senang. Aku sangat berterima kasih kepada aplikasi Wattpad ini sebab melalui Watpadd-lah impianku ini bisa tercapai, sembari menulis aku mencari penerbit yang bisa aku hubungi seandainya naskahku sudah rampung. Setelah kucari-cari akhirnya aku bertemu sebuah penerbit yang bernama “Uwais”, aku pun mencari kontak penerbitnya dan melakukan serangkaian pendekatan ke penerbit tersebut. Memang sih aku belum kirim naskah ke penerbit mayor karena masih butuh belajar lagi untuk siap kirim ke penerbit mayor. Alhamdulillah setelah menunggu proses selama satu bulan, editing naskah sudah selesai. Untuk rancangan lay-out dan design cover alhamdulillah aku kerjakan sendiri meskipun baru belajar. Hehe. Kemudian aku kirim deh ke penerbit rancangan yang sudah disusun. Setelah beberapa minggu aku dapat kiriman email dari penerbit tentang naskah hasil revisi versi PDF, luar biasa! Dari naskahku yang biasa saja saat aku tulis di Wattpad kemudian kupindahkan ke laptop dan kukirim ke penerbit, ternyata mendapatkan banyak penambahan kisah yang lebih menjual dari karyaku yang kuajukan. Setelah itu proses ISBN kemudian siap cetak.

     Proses menulis memang butuh ketelatenan, selama kita ada niatan untuk menulis dan kita bersungguh-sungguh menjalaninya maka insya allah akan terlaksana. Yang terpenting adalah keyakinan kita bahwa suatu saat karya kita pasti akan terbit. Jangan takut bermimpi ya. Aku juga sedang nulis di Wattpad untuk novel kedua, insya allah mau dikirim ke penerbit mayor, tapi setelah masuk kuliah saja, hehe. Soalnya mau fokus UN. Hehe.

Aditya's Blog