Sunday, March 30, 2014

Kisah Para Founding Father Indonesia

Pak Hatta, sang proklamator Indonesia
Pak Hatta dan Sepatu Mahal
 pak Hatta adalah wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Pak Hatta juga proklamator kemerdekaan negara kita. Pada masa itu negara Indonesia sangat miskin. Rakyat hidup melarat dimana-mana. Yang membuat semangat para pemimpin Indonesia saat itu adalah Indonesia negeri yang indah dan punya kekayaan alam yang banyak. Oleh karena itu, Pak Hatta berusaha memimpin Indonesia jadi negara yang baik.

     Satu hari, Pak Hatta melihat iklan sepatu yang sangat bagus dan mahal di koran. Pak Hatta ingin memiliki sepatu tersebut. Hmm, Pak Hatta menggunting iklan itu dan menyimpannya dengan harapan bisa membelinya. Saat itu, istri Pak Hatta juga ingin membeli mesin jahit. Pak Hatta dan Bu Hatta lalu menabung setiap hari.

     Uang mereka terkumpul. Namun, Bu Hatta kaget ketika ada kebijakan negara memangkas nilai uang. Maksudnya nilai seribu rupiah jadi seratus rupiah. Bu Hatta sedih karena uangnya tidak cukup lagi untuk membeli mesin jahit. Bu Hatta mengeluh ke Pak Hatta, mengapa tidak diberitahu ada kebijakan pemotongan uang. Jika Bu Hatta tahu, dia masih sempat membeli mesin jahitnya lebih dulu.

     Apa kata Pak Hatta? Kebijakan negara adalah rahasia negara, tidak boleh dibocorkan agar dimanfaatkan keluarga. Bagaimana dengan sepatu impian Pak Hatta? Sampai Pak Hatta meninggal dunia, sepatu itu tidak terbeli karena uang Pak Hatta tidak cukup. Bahkan potongan iklan sepatu itu masih rapi tersimpan di buku kesayangan Pak Hatta. (Majalah Bobo Nomor 25 tahun XXXIX Terbit Kamis, 29 September 2011)


Pak Syafruddin, menteri yang hebat.

Pak Syafruddin dan Popok Bayi

pak Syafruddin Prawiranegara adalah menteri keuangan pertama Republik Indonesia. Ssst, meskipun mengatur banyak uang bukan berarti Pak Syafruddin kaya, lo. Apalagi, gaji menteri sangat kecil pada zaman kemerdekaan Indonesia. Gaji menteri kecil karena negara tidak punya banyak uang. Tidak ada pedagang yang mau berdagang karena rakyat tidak mampu membeli barang. Akibatnya, harga kain dan baju sangat mahal. 

     Kebetulan Pak Syafruddin berasal dari keluarga sederhana, tidak seperti Presiden Soekarno, Pak Hatta, dan Pak Sultan Hamengku Buwono IX yang berasal dari keluarga berada. Satu hari, Bu Syafruddin melahirkan putra ketiga. Bu Syafruddin tidak punya uang untuk membeli popok dan gurita bayi. Bu Syafruddin lalu berjualan camilan sukun goreng untuk membeli popok bayi.

      Namun, anak Pak Syafruddin malu. Dia meminta ayahnya memakai uang negara atau meminjam uang Om Soekarno atau Om Sultan. Apa kata Pak Syafruddin? Berjualan sukun goreng bukan perbuatan memalukan. Perbuatan memalukan adalah mengambil uang negara atau uang orang lain. Jika tidak penting sekali, sebaiknya orang tidak meminjam uang. (Majalah Bobo Nomor 25 tahun XXXIX Terbit Kamis, 29 September 2011)

No comments:

Aditya's Blog